Penuaan Dini ala Operator Selular
Di atas ini adalah percakapan saya ketika menelepon operator selular untuk menanyakan PUK nomor HP ayah saya. Sebenarnya dalam hati saya ingin sekali berkata,
“Jangan panggil Bapak Dong. Supaya akrab bagaimana kalau panggil saya Mas saja”.
Maklum pada saat itu saya masih muda, jangankan punya anak, menikah pun saya belum. Jadi kalau di panggil bapak rasanya terlalu tua untuk seumuran saya pada waktu itu.
Okelah fine, jika saat itu saya dipanggil Bapak, saya bisa memaklumi karena saya tidak sedang berbicara Face to Face dengan mbak Operator.
Kejadian ini terulang kembali tertanggal Rabu, 23 April 2014. Kejadian kali ini tidak melalui line telepon melainkan Face To Face. Bagaimana cerita selengkapnya, langsung saja kita Ke TKP >>
Pada saat itu saya berkesempatan mendapat mandat dari teman-teman untuk mencari Sponsor untuk kegiatan yang hendak kami gelar.
Target di hari Rabu ini adalah memasukkan dua Proposal Sponshorsip ke perusahaan yang telah menjadi daftar buruan kami.
Sedangkan target di hari kedua adalah 3 proposal yang akan dibawa oleh teman lain. Jadi target kami total adalah 5 proposal sponsorship.
NEXT>>
Pagi sekitar jam setengah sepuluh saya berangkat seorang diri dengan menaiki motor matic. Motor buatan luar negeri ini akselerasinya sangat lincah, dari tukang becak hingga nenek renta tak mampu menandingi akselerasi motor ini.
Tikungan demi tikungan, turunan maupun tanjakan saya lahap secara akurat dengan menggunakan motor matic ini.
20 menit adalah waktu tempuh yang saya butuhkan untuk sampai di perusahaan pertama di hari ini. Perusahaan pertama yang saya tuju adalah perusahaan minuman Teh ternama di kabupaten saya.
Perusahaan ini terkenal dengan berbagiai macam olahan teh yang sangat laris di pasaran. Dari teh rasa konvensional hingga Teh berpadu rasa ekstrak buah ada di produk perusahaan Teh ini.
Pintu gerbang perusahaan yang besar dan tinggi menyambut kedatangan saya saat itu. Kemudian saya langsung di sambut oleh Pak Satpam di pos jaganya. Di Pos itu saya di tanya apa maksud dan tujuan saya.
Setelah berbicara panjag lebar mengutarakan maksud dan tujuan, akhirnya Pak Satpam menerima Proposal Sponshorsip yang saya bawa, lalu dia akan menyampaikan Proposal tersebut kepada pihak bagian marketing.
Saya rasa target memasukkan proposal pertama telah selesai, saya pun berpamitan dengan pak satpam untuk meninggalkan perusahaan tersebut. Perjalanan selanjutnya saya kembali berputar menuju 15 Km ke arah timur.
Tempat kedua target proposal kali ini adalah dealer motor pabrikan jepang sebut saja KONDA.
Setibanya di tempat target kedua ini, saya pun langsung memarkirkan motor dan mulai memantapkan langkah masuk ke dealer ini. Saya menuju meja bagian recepsionist yang dijaga oleh mbak-mbak cantik.
Saya mengutarakan maksud dan tujuan yaitu hendak menawarkan kerjasama kepada pihak dealer untuk menjadi sponsor di event yang hendak kami gelar.
Mbak receptionist menjawab bahwa Pihak yang berwenang menerima Proposal Sponsorship yaitu Supervisor dan HRD sedang tidak ada ditempat karena ada tugas perusahaan. Dengan adanya hal ini, Mbak receptionist menyarankan saya untuk memasukkan proposal kembali pada siang nanti setelah jam 12 atau kembali pada besok hari.
Karena alasan waktu, maka Saya pun memilih opsi kedua dengan harapan besok biar teman saya yang lainnya untuk berbagi tugas memasukkan proposal ke dealer KONDA tersebut. Jadi proposal di hari ini masih tersisa satu.
Dengan adanya kejadian ini maka saya ambil keputusan untuk memasukan proposal yang tinggal satu di hari ini ke target lain. Keputusan ini saya ambil agar dua target memasukkan proposal sponsorship di hari pertama ini dapat terpenuhi.
Akhirnya saya putuskan untuk memasukkan proposal kedua di hari ini ke Outlet resmi Operator selular yang membuka cabangnya di kota saya.
Outlet Operator selular ini merupakan salah satu target dari 5 target yang akan kami masuki proposal sponshorship.
Saya kembali menempuh 5 Km ke arah barat menuju Outlet Selular yang telah menjadi terget kami. Sekitar 10 menit perjalanan naik motor, akhirnya saya tiba di tempat tersebut.
Sesampai di tempat itu, saya langsung membuka pintu kaca untuk masuk ke dalam outlet.
Outlet resmi yang bercat dinding berwarna merah pada hari itu lumayan lengang, hanya ada beberapa pelanggan memadati ruangan kecil tersebut.
Pintu pun saya buka dan seketika itu saya langsung di sambut oleh mas-mas penjaga pintu tersebut, Dia pun seraya mengatakan,
Mas Penjaga: Ada yang bisa kami bantu Bapak ?
Dengan mata terbelalak karena sedikit kaget saya pun menjawab, “Saya mau menawarkan kerjasama Sponshorsip”. (“lah aku diceluk bapak”, guman dalam hati saya)
Kemudian Mas penjaga tadi berkata, “Tunggu sebentar di sini dulu bapak”, sambil mempersilahkan saya duduk.
Mas-mas tadi menuju Mbak-mbak operator untuk berkonsultasi terhadap kedatangan maksud dan tujuan saya. Di tengah penantian saya di kursi tunggu. Pertanyaan demi pertanyaan langsung menyeruak dalam benak saya.
“Opo aku iki wis tuwo”
“Padahal Aku isih Remaja, mosok di celuk Bapak”
Padahal pada saat itu saya berpakain fresh anak muda lho pemirsa. Wajah saya pun tak nampak sedikit pun seperti bapak-bapak, maklum saya masih usia muda.
Saya memperikan usia Mas Penjaga tadi juga seumuran dengan saya atau jika tidak dia 1 atau 2 tahun lebih muda dari saya. Ya, saya dipanggil Bapak, enak aje, emangye sejak kapan emak loe jadi bini aye. Alhasil saya kembali mengalami penuaan dini ala operator selular .
Mas penjaga tadi kemudian menemui saya lagi. Mas penjaga kemudian mengarahkan saya ke outlet satunya lagi (masih satu perusahaan) untuk memasukkan proposal ini. Karena wewenang menerima kerjasama sponsor ada di outlet satunya tersebut.
Dengan memberikan informasi lokasi, Mas penjaga juga memberi saya nomor kontak outlet satunya. Hal ini dilakukan Mas Penjaga agar saya bisa menuju tempat yang dimaksud dengan lancar dan tidak tersesat di jalan. Tapi, tetap saja, Mas Penjaga tadi menggunakan sapaan “Bapak” kepada saya dalam setiap arahan yang dia berikan. hehehe :-)
10 menit perjalanan saya tempuh, akhirnya saya sampai juga di outlet kedua. Setelah motor saya parkir, kemudian saya membuka pintu guna masuk ke dalam outlet tadi.
Di dalam outlet kecil ini saya bertemu petugas ibu-ibu, jika saya taksir kira-kira 35-40 tahun usianya. Dihadapan petugas tersebut saya langsung mengutarakan maksud saya.
Saya: Selamat Siang bu, Saya ingin menawarkan kerjasama sponsorship,
Ibu petugas : Sponsorship yang dimaksud tentang apa Bapak ,?
Saya : Kami mempunyai event yang akan kami gelar,
Benar sekali pemirsa,.. Saya kembali dipangil “Bapak” oleh seorang yang lebih tua 15-20 tahun dari saya .
Dari kejadian ini saya sangat bersyukur, untung saja saya hanya seorang diri dalam memasukkan proposal. Coba saya mengajak Ayah saya ke Outlet Operator Selular tadi.
Saya yang masih muda saja dipanggil Bapak, apalagi Ayah yang lebih tua dari saya. Ayah saya yang berusia kepala 4 pada waktu itu, bisa-bisa, Beliau dipanggil dengan sapaan Kakek Buyut .
Operator: Bapak Bayu dan Kakek Buyut ada yang bisa Kami Bantu?
Saya bisa memahami maksud dari petugas operator selular memanggil “Bapak”, mungkin ini merupakan salah satu etos kerja dari perusahaan yang diterapkan sebagai salah satu standar pelayanan terhadap pelanggan.
Penggunaan kata sapaan “Bapak” terhadap pelanggan adalah upaya Perusahaan dalam rangka menghormati para pelanggannya khususnya pelanggan Laki-laki/pria.
Jika itu melalui telepon atau tidak sedang face to face, okelah setiap pelanggan pria secara digeneralisir dipanggil “Bapak” untuk mempersopan sapaan terhadap pelanggan yang tidak terlihat secara langsung, namun jika berhadapan face to face alangkah baiknya para costumer service memanggil para pelanggan secara proporsional.
[Suskses selalu untuk Perusahaan Operator Selular Indonesia, terobosan Pelayanan terbaik dari Anda Sangat Kami nanti].
-Sekian-