Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mie Puluk ala Yu Rini

Kronologibayu-Mie adalah salah satu makanan favorit di negeri ini. Banyak kalangan menjadi penggemar mie. Dari kalangan pejabat hingga penjual obat. Tua-muda, pria-wanita, anak-anak maupun dewasa, miskin-kaya sama saja (sama-sama suka mie ). Tidak ketinggalan juga dua insan ini yaitu Yu Ni dan Yu Rini, mereka juga menjadi salah satu korban kenikmatan mie.

Kisah kali ini akan saya ceritakan kejadian yang menimpa Yu Ni dan Yu Rini. Kisah ini terjadi di pertengahan tahun 90’an.

Yu Ni dan Yu Rini hidup bertetangga, mereka adalah tetangga dekat. Mereka berdua juga tetangga saya., ya tepat !.. kami bertiga hidup bertetangga.

Dalam bahasa Jawa kata “Yu”  berasal dari kata “Mbak Ayu”. Dalam perjalanannya kata “Mbak Ayu” sering diucapkan menjadi kata “Mbak Yu” bahkan hanya diucap “Yu” saja. Kata Yu/Mbak Ayu/Mbak Yu adalah kata panggilan/sapaan kepada seorang wanita dewasa atau sudah berkeluarga.

Yu Ni dan Yu Rini adalah dua sosok beda generasi. Yu Ni adalah perempuan paruh baya keluaran era 60’an, sedangkan Yu Rini adalah perempuan keluaran era 50’. Meskipun kelahiran era 60-an Yu Ni adalah sosok perempuan yang mampu beradaptasi dengan kemajuan jaman. Sedangkan Yu Rini adalah pribadi yang tetap memegang teguh kekolotannya dan tetap jadul meskipun PDA Phone telah beralih menjadi Smartphone (maklum beliau tidak mengenyam pendidikan formal kala itu).

Kedua tokoh ini memiliki perbedaan diantara mereka. Meskipun memiliki perbedaan, mereka berdua dapat hidup rukun berdampingan. Hal inilah yang wajib kita contoh, meskipun kita berbeda namun harus tetap bersatu (Bhineka Tunggal Ika). Demikianlah penjelasan singkat tentang dua orang yang menjadi tokoh sentral dalam cerita kali ini.

Baik kita akan masuk ke pokok cerita. Tanpa basa-basi saya akan mulai cerita kali ini.

Kisah ini terjadi dipertengahan tahun 90an ketika facebook, twitter dan Smartphone bahkan kaum @L4y belum muncul di muka bumi ini. Kisah berawal ketika dua tokoh yang memiliki karakteristik berbeda (Yu Ni dan Yu Rini) akan melaksanakan kegiatan jagong ke rumah salah satu kerabat. 

Sebelum saya lanjutkan, mungkin sebagian pembaca tidak mengerti apa Sih arti kata Jagong itu. Coba simak penjelasannya di bawah ini.

// Jagong (bhs Jawa) adalah salah satu aktivitas olahraga ringan yang dilakukan dengan lari-lari kecil bermaksud untuk melatih kebugaran fisik atau hanya sekedar mencari keringat //

Ada yang salah?? Oya, Maaf kalau yang ini adalah Jogging.

// Jagong merupakan salah satu aktivitas budaya Jawa menghadiri acara hajatan di tempat orang lain dengan membawa sumbangan berupa uang/barang //
*Nah ini baru benar

Next>> Pada hari yang dinanti akhirnya acara hajatan pun tiba. Berhubung jarak rumah Yu Ni dan Yu Rini dengan tempat hajatan cukup jauh maka mereka memutuskan menggunakan jasa transportasi bus untuk mencapai tempat tujuan. 

Bus adalah transportasi primadona kala itu, maklum belum banyak sepada motor/mobil pribadi seperti saat ini. Coba kita bandingkan jalanan era 90an yang masih tampak asri, udara sejuk, penuh pejalan kaki dan pengayuh sepeda serta kendaran transportasi masih berjalan rapi di jalanan. Keadaan era 90an tersebut serasa membawa kita seperti berada di jalan-jalan Eropa yang jarang terjadi kemacetan. Beda dengan sekarang ini, jalan mulai dipenuhi dengan kendaraan pribadi, misal motor, mobil, helikopter bahkan perahu .

Kondisi hiruk-pikuk jalanan saat ini belum lagi diperparah dengan sikap pengendara yang kurang bermartabat (ngebut, ugal-ugalan, nyelonong, bahkan ngupil seenaknya, dll) ironisnya mereka tidak menyadari bahwa perilaku yang mereka lakukan dapat mengancam keselamatan jiwa mereka sendiri.

Itulah dampak pasar bebas, dimana pabrikan kendaran asing dengan leluasa bercokol di negara kita dan memasarkannya dengan mudah.

Sebenarnya yang kita butuhkan adalah transportasi masal yang efektif dan efisien yang mampu menjangkau kota maupun desa. Jika transportasi masal dapat terwujud dengan baik, Saya yakin bahwa negara kita dapat menghemat BBM dan mengalihkan subsidi BBM ke sektor lain (Kesehatan, Pendidikan, Program pengentasan kemiskinan atau progam stategis lainnya).

Kembali ke benang merah cerita, setelah acara Jagong dan beramah tamah dengan pemilik hajatan dirasa cukup, akhirnya Yu Ni dan Yu Rini memutuskan untuk pulang. Mereka kembali menggunakan jasa angkutan Bus. Setelah menempuh jalan yang berliku dengan kerikil-kerikil tajam khas jalanan era 90an yang masih kurang mulus, akhirnya mereka berdua sampai juga di tempat pemberhentian bus.

Perlu diketahui kala itu mereka masih menempuh jarak sekitar 2 Km jalan kaki untuk memastikan benar-benar bertemu dengan suami dan anak-anak mereka dirumah. Sungguh pemandangan yang mengharukan.

Tidak jauh dari tempat pemberhentian bus terdapat warung Mie Ayam yang tersohor pada saat itu. Rasa lelah setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh memunculkan gagasan dari Yu Ni untuk rehat sejenak sembari makan Mie. Kegiatan rehat sejenak ini dilakukan untuk menghimpun tenaga sejenak guna melanjutkan perjalanan jalan kaki untuk pulang ke rumah.

Tanpa basa-basi akhirnya Yu Ni dan Yu Rini pun masuk ke dalam warung Mie tersebut. Setelah itu mereka memesan Mie kepada pelayan. Guna membunuh rasa bete sembari menunggu pesanan jadi, mereka berdua main congklak yang dilanjut dengan petak umpet bahkan main kejar-kejaran di warung itu (Hehe..kalau ini hanya imajinasi Saya).

Tidak lama kemudian Mie pesanan mereka berdua telah jadi, pelayan segera mengantarkan pesanan Mie ke meja mereka. Yu Ni (si penggagas makan Mie) mengawali aksinya dengan mengambil sendok dan garpu untuk mengeksekusi lembar demi lembar Mie.

Yu Ni mulai memakan Mie dengan perasaan penuh suka cita. Ditengah suka cita makan mie, mata Yu Ni tertuju ke temannya, betapa kaget bukan kepalang, tak diduga dan tak dinyana, dengan mata terbelalak dan sedikit menghela nafas....... Yu Ni melihat sesosok penampakan wanita paruh baya dengan pakaian kebaya, tidak salah lagi itu adalah Yu Rini,.ya itu adalah Yu Rini.!!.

Yu Rini ternyata tengah asik melahap Mie Ayam dengan cara diPuluk. 
[Puluk (bhs Jawa) adalah cara memakan suatu makanan dengan menggunakan tangan].
Pemandangan yang tidak lazim itulah yang membuat Yu Ni kaget bukan kepalang karena mendapati rekannya melakukan “senam jari” dalam mangkuk Mie.

Yu Ni pun merasa malu dan tidak enak hati kepada orang lain di warung tersebut. Untuk menyudahi rasa malu, akhirnya Yu Ni meminta pelayan untuk membungkus Mie Ayam yang baru mereka santap untuk dibawa pulang.

Makan dengan tangan memang suatu kenikmatan bagi para penggemarnya, namun makan dengan tangan (muluk)  untuk makanan jenis Mie Ayam merupakan suatu tindakan aneh dan tidak lazim.

Entah setan mana yang merasuki pikiran Yu Rini sehingga sampai hati (tega) makan Mie Ayam dengan menggunakan tangan. Seperti penjelasan Saya di atas bahwa Yu Rini ini adalah salah satu orang jawa kuno yang kental dengan kekolotannya. Bukan hanya makan Nasi, Mie Ayam pun tidak luput dari belaian jari-jemarinya (dipuluk).

Untung saja Yu Rini tidak makan di food court dengan menu Steak Daging Sapi. Dapat dibayangkan, bisa-bisa gempor tu jari kena Hot Plate.

~Sekian~