Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mbah Darmo versus Agus

Kronologibayu- (sekitar tahun 2006). Rubuk’an adalah acara berkumpulnya warga desa baik tua maupun muda dalam acara persiapan, sebelum atau sesudah hari (H) suatu hajatan.

Rubuk’an biasa digelar dalam acara Sepasaran Bayi, Midodareni, Jum’atan (malam untuk koordinasi pembagian tugas guna menggelar suatu hajatan), Khitanan, Pitung ndinan (ceremony malam tujuh harian orang meninggal), Mitoni, selamatan untuk membangun rumah, dsb. Waktu pakem pelaksanaan Rubuk’an biasanya pada malam hari.

Saya mempunyai kenangan tersendiri ketika bertugas menjadi pramusaji (nyinom) dalam acara Rubuk’an . Malam itu adalah malam Rubuk’an untuk menjamu warga se-dusun Ngemplak yang menjadi tamu undangan dalam acara milik Bapak Soediwirjo. Rubuk’an yang digelar di rumah Bapak Soediwirjo kala itu untuk menyambut acara resepsi pernikahan anaknya di keesokan harinya.

Perjamuan makan malam  sudah menjadi adat kebiasaan desa kami ketika ada orang yang akan menikahkan anaknya maka pada malam sebelumnya akan diadakan perjamuan makan malam dengan mengundang tamu dari warga dusun setempat. Tamu yang diundang adalah kepala keluarga tiap rumah, jadi yang datang bapak-bapak semua.

Seperti biasa, pada malam itu kami sebagai pemuda dengan dikomandoi Ketua Karang Taruna, kami menyiapkan kursi, meja dan snack untuk ditujukan bagi tamu undangan yang akan hadir.

Tahap demi tahap kami lalui dengan baik.  Sampailah kami istirahat sejenak menunggu minuman yang sedang dibuat oleh beberapa warga yang bertugas membuat minuman. Salah satu pembuat Wedang/minuman adalah Mbah Darmo.

cerita lucu saat hajatan, Cerita kampung, cerita lucu, hajatan di kampung, acara hajatan midodareni

Mbah Darmo kala itu sangat antusias membuat wedang. Saking antusiasnya beliau rela berdiri di depan tempat duduknya. Saking sibuknya proses penuangan wedang ke dalam gelas yang berjumlah banyak, Mbah Darmo tidak terasa telah berdiri hampir 30 menit. 

Tidak lama berselang datanglah salah seorang pemuda bernama Agus, ia menghampiri tempat pembuatan wedang dan mengambil kursi tempat duduk Mbah Darmo.

Mbah Darmo telah berdiri lama di depan kursinya, sehingga Agus beranggapan kalau Mbah Darmo sudah tidak membutuhkan tempat duduk itu lagi. Agus mengambil kursi itu untuk di duduki guna melepas lelah.

Hal diluar dugaan Agus pun terjadi,  Mbah Darmo yang berdiri hampir 30 menit lebih itu ternyata ingin duduk kembali di kursinya. Tanpa melihat kebelakang duduklah Mbah Darmo

…@#!xa*/>?#$*!<@Xzz%%&****brakkkk,krompyang…

[ Ya benar,…. Mbah Darmo jatuh pemirsa…]

Dengan diiringi tawa lepas para pemuda dan warga lainnya, Mbah Darmo terjatuh secara memprihatinkan, naas dan miris. Tersungkur lunglai tak berdaya dan hanya bisa menerima nasib yang telah digariskan Illahi.

Namun ada satu hal yang sangat disayangkan dalam peristiwa itu yaitu ada salah seorang pemuda yang berada tepat di belakang Mbah Darmo, bukannya segera menolong, dia malah ikut-ikutan tertawa bahagia. Siapa pemuda tersebut? Mau tahu? Ya. Dia adalah Saya sendiri .

Maaf, bukannya Saya tidak mau menolong, sejujurnya saja saya tak kuasa beranjak dari tempat duduk dikarenakan perut saya terasa berat akibat menahan tawa. Dengan kata lain Saya hanya terdiam dan terpaku, Istilah orang jawa menyebutnya Kamitenggengen (terdiam terpaku). Hehehe.

Sang tersangka utama yaitu Agus hanya bisa ikut senyum dan merasa bersalah, karena kesalahan yang telah ia perbuat. Agus nampak bingung dan tak percaya, apa yang telah ia lakukan telah membuat tawa bahagia para warga .

Masih dalam keadaan tawa yang belum habis. Terlontarlah pertanyaan dari salah satu pemuda senior bernama Sunar, dia bertanya kepada Agus.

Dalam keadaan tertawa Sunar bertanya, “Gus !! jane sing mbok lakoni ki opo??haha”. (Gus!! Sebenarnya yang kamu lakukan itu apa?haha.)

Agus menjawab, “tak kiro wis ra mbutuhne kursi meneh, lha wong yo ngadek suwe og”. (Saya kira tidak membutuhkan kursi lagi, lha wong ya berdiri lama)

Catatan penting dari peristiwa diatas Saya tujukan kepada Tiga Pihak:

Pertama, Mbah Darmo sebaiknya teliti dan hati-hati jika hendak duduk kembali dari posisi berdiri yang lama. Cek dulu kursi anda dan pastikan kursi anda dalam keadaan siap untuk ditempati kembali. Maklum kursi yang digunakkan pada acara hajatan terkadang sering berpindah tangan.

Kedua, Agus sebaiknya bertanya dahulu sebelum mengambil kursi yang ditempati orang lain, meskipun orang tersebut telah berdiri lama. Dengan bertanya lebih dulu akan meminimalisir kesalahan yang ada.

Ketiga, kepada Pemuda yang berada di belakang Mbah Darmo, seharusnya anda menolong bukan ikut-ikutan tertawa, Sadarlah wahai pemuda!!.

~Sekian~