Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ta'awudz diucapkan A`ūdzu billāhi minas-syaitānir-rajīm

Kronologibayu- Duduk di bangku kelas 3 SMP merupakan kenangan yang tidak akan pudar sampai kapan pun dalam benak saya. Kekompakan persahabatan serta keramahan Guru adalah motivasi tersendiri untuk menuntut ilmu. Kenangan demi kenangan telah terekam indah dalam memori. Baik kenangan yang mengundang tawa hingga kenangan haru bahagia ada dalam bingkai saya.

Berbicara tentang kenangan di bangku kelas 3 SMP, saya memiliki satu kenangan yang mungkin sulit saya lupakan. Kenangan kali ini ketika kami mengikuti pelajaran Agama Islam yang diampu oleh Bu Nurjani, S.Ag. Sebelum menginjak cerita utama, saya akan memperkenalkan sedikit tentang profil guru yang satu ini.

Bu Nurjani adalah salah satu guru favorit saya. Beliau menjadi favorit saya karena beliau tegas dan jelas pada saat mengajar di kelas. Suara lantang pada saat menyampaikan materi adalah kekhasan yang dimiliki oleh Bu Nurjani. Kerasnya suara Bu Nurjani ini dapat dibuktikan pada saat beliau mengajar. Teringat jelas dalam memori saya ketika Beliau mengajar di kelas 1 SMP, sedangkan saya berada disekitar kantor guru. Suara Bu Nurjani saat mengajar di kelas 1 terdengar jelas dari jarak sekitar 100 meter dari kantor guru.

Suara keras ala Bu Nurjani ini tidak dibuat-buat agar terdengar keras melainkan suara keras ini telah menjadi karakter Beliau. Bu Nurjani sebelum mengajar di SMP, beliau telah lama mengajar di SD, mungkin karakter suara lantang Bu Nurjani ini terbentuk dari pengalaman saat mengajar anak-anak kecil di Sekolah Dasar.

Kejelasan suara dalam penyampaian dan ketegasan dalam mengajar adalah syarat mutlak yang harus dimiliki seorang pendidik. Nampaknya hal ini telah dikuasai benar oleh guru favorit saya ini. Demikian sekilas mengenai profil Bu Nurjani, S.Ag.

Baiklah kita akan menuju cerita utama >>

Kami yang tergabung dalam anak kelas 3G sedang mengikuti pelajaran Agama Islam yang diampu oleh Bu Nurjani, SAg. Kala itu kami sedang diajarkan bagaimana tata cara membaca Ayat Suci secara baik dan benar sesuai dengan ilmu tajwid yang ada.
cerita lucu saat belajar membaca ayat suci, bacaan taawudz, A`ūdzu billāhi minas-syaitānir-rajīm. bacaan ta'awudz dengan baik
Bu Nurjani memulai pelajaran kali ini dengan ucapan salam yang dilanjut dengan absensi murid seperti biasa. Setelah kegiatan pakem ini selesai, Bu Nurjani menyapa kami seraya mengutarakan materi yang akan dibahas kali ini. Bu Nurjani memerintahkan kami untuk membaca potongan Ayat Suci yang tertera di LKS kami. (LKS=Lembar Kerja Siswa)

Saya dan teman-teman sangat antusias mengikuti kegiatan membaca ayat suci. Ayat demi ayat kami baca, sesekali Bu Nurjani memotong pada jeda tertentu. Bu Nurjani memotong pada jeda ayat tertentu bertujuan untuk menanyakan hukum tajwid apa yang terkandung dalam  ayat tersebut. Beberapa dari kami mencoba menjawab, terkadang jawaban kami tepat namun tidak jarang kami juga mengalami kesalahan.

Rizal Adi Nugroho atau yang akrab dipanggil Penug adalah salah satu murid yang jago dalam hal tajwid. Challenge demi challenge yang diberikan Bu Nurjani dia lahap habis dengan jawaban yang tepat. Kemampuan Penug dalam hal tajwid ia dapat dari kegiatan pengajian yang sering di ikutinya. Nampaknya Tuhan memberi kelebihan dalam diri pemuda ini.

Kembali kebenang merah cerita >>

Setelah mengajak interaksi kelas secara kolektif, kini Bu Nurjani mulai menggunakan variasi lain. Variasi ini yaitu metode tunjuk individu. Bu Nurjani mulai menunjuk salah seorang murid untuk membaca ayat suci. Baik murid laki-laki dan perempuan tidak luput dari aksi tunjuk ala Bu Nurjani.

Detak jantung para murid (termasuk saya) perlahan mulai kencang,  menunggu dan berharap cemas siapakah nama yang akan keluar sebagai pemenang arisan, [maaf, maksud saya menjadi murid yang ditunjuk Bu Nurjani] . Beberapa murid kala itu kena tunjuk, namun saya luput dari jari-jemari Bu Nurjani ini. Mungkin saya belum beruntung ...

Ariyanti adalah salah satu murid yang menjadi sasaran tunjuk ala Bu Nurjani ini. Siswi bernomor urut satu dalam daftar absensi kelas kami ini mungkin tidak mengira atau tidak menyangka kalau dia mendapat giliran membaca ayat suci. Kejadian yang menimpa Ariyanti pada saat menerima tantangan dari Bu Nurjani, menjadi peristiwa yang paling menguras tawa pada hari tersebut. 

Dibawah ini adalah kronologi interaksi antara Bu Nurjani dengan siswi absensi nomor urut satu yang berhasil terekam oleh ingatan saya.

(1) “Bu Nurjani : Ayo nduk, di woco... (dengan nada lantang ala Bu Nurjani)”.

Kemudian sang siswi menjalankan perintah dari gurunya ini .

(2) “ Siswi Bismillahirrahmanirrahim...”.

Karena sang siswi lupa membaca bacaan ta’awudz sebagai doa pembuka terlebih dahulu, maka Bu Nurjani mengingatkannya.

(3) “Bu NurjaniTa’awudz ! ...(dengan suara lantang)”

Siswi nomor absen urut 1 ini nampaknya tidak mengerti apa yang di maksud ta’awudz. Dia tetap membaca Basmallah.

(4)Siswi: Bismillahirrahmanirrahim ”......

Bu Nurjani kemudian mengingatkan lagi !

(5) “Bu NurjaniTa’awudz ! ...

Sang siswi yang satu ini nampaknya tidak bergeming dan masih mengawali dengan bacaan basmallah

(6)Siswi: Bismillahirrahmanirrahim ”......

Bu Nurjani mulai frustasi akibat sang siswi yang tidak mengerti maksud dari ta’awudz. Dengan nada suara yang keras beliau memperintahkan sang siswi untuk terakhir kalinya mengucapkan bacaan ta’awudz.

(7)Bu Nurjani: Ta’awudz !!!!..

(8)Siswi: Ta’aawuuudz~ ~ ~,, (dengan nada membaca ayat suci)


Kemudian >>.....
..... HAHAHHAHAHA ...... 

( Pecahlah tawa anak satu kelas setelah mendengar ulah siswi tadi )

Ketidaktahuan siswi nomor absen 1 terhadap bacaan Ta’awudz telah memecahkan suasana yang hening menjadi suasana riuh penuh tawa ala anak SMP.  Konsentrasi belajar-mengajar yang telah terbangun sejak menit awal kini sedikit buyar akibat ulah ketidaktahuan siswi ini.

Bacaan Ta’awudz itu diucapkan: A`ūdzu billāhi minas-syaitānir-rajīm,
bukan dibaca : Ta’aawuuudz ~ ~ ~,......

Cerita ini merupakan salah satu kisah yang paling mengenang yang saya alami ketika duduk di bangku kelas 3 SMP. Saya yakin para pembaca juga memiliki pengalaman berkesan saat SMP.

~Sekian~